Rahim Pengganti

Bab 60 "Siapa Kamu"



Bab 60 "Siapa Kamu"

0Bab 60     
0

Siapa Kamu     

"Kakak sama Mas Bian, kan? Sekarang kalian berdua ke rumah sakit. Mbak Caca sadar," ujar Siska. Mendengar hal itu membuat Elang menatap ke arah Bian, pria itu masih saja diam lalu mematikan telponnya. Elang lalu membawa Bian menyeret pria itu. "Loe ngapain sih?" tanya Bian kesal dengan apa yang sudah dilakukan oleh temannya itu.     

"Kita harus ke rumah sakit. Caca sadar," ucap Elang. Bian terdiam di tempatnya mencernah setiap ucapan yang dilontarkan oleh Elang.     

"Buruan loe lama banget sih jalannya," gerutu Elang.     

***     

Sepanjang jalan Bian tak henti henti nya, tersenyum pria itu sangat bahagia saat mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Elang mengenai istri nya yang sudah sadar. Bahagia ya itulah yang saat ini dirasakan oleh Bian.     

Penantian panjang, akhirnya terwujud juga. Carissa sadar dari tidurnya, mereka bisa berkumpul lagi bersama. Bian sudah tidak sabar memeluk Caca istri yang dia rindukan, pria itu juga seolah lupa dengan apa yang terjadi Bian hanyanfokus untuk bisa sampai di rumah sakit dan bertemu dengan istrinya.     

Mobil yang dikendarai oleh mereka, baru saja terparkir dengan rapi di sana. Namun, Bian sudah turun lebih dulu pria itu langsung masuk ke dalam rumah sakit. Elang yang melihat hal itu cuma bisa geleng geleng kepala.     

"Bucin akut. Loe cuma belum tahu, kemana hati loe Bian. Gue harap ini adalah kebahagian sesungguhnya," ujar Elang lalu keluar dari mobil dan menyusul Bian.     

Ceklek     

Pintu ruangan Carissa terbuka dengan lebar, di sana sudah banyak orang Bunda Iren sang mertua dan Mama Ratih serta Siska dan Jodi lalu dokter dan suster sudah ada di sana.     

Bian terpaku saat akan masuk, semua orang di sana menampilkan raut wajah murung, bukan wajah dari seorang yang bahagia saat mengetahui kabar baik. Semakin melangkah dekat, semakin membuat jantung Bian berdetak sangat kuat. Hal itu membuat Bian takut untuk masuk, takut menerima suatu kenyataan..     

"Baiklah, nanti akan saya lakukan observasi lagi. Pasien tidak boleh terlalu lelah, jadi saya harap semua keluarga berkerja sama," ujar dokter itu. Lalu, pamit keluar ruangan. Bian tidak mengerti dengan yang tetjadi, apa lagi dengan Siska yang langsung memeluknya dengan air mata yang mengalir sangat deras hal itu semakin membuat Bian bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini.     

"Ada apa ini?" tanya Bian.     

Siska melepaskan pelukannya, wanita itu menatap ke arah sang Mama sedangkan Caca hanya menatap bingung. Wanita itu tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi saat ini.     

Tidak ada satu orang pun yang menjawab, Bian segera mendekati Caca memeluk istri nya itu lalu mengecup berulang kali dahi Caca dengan penuh kasih sayang. Mendapatkan perlakuan seperti itu, membuat Caca sedikit risih. Wanita itu memcoba melepaskan pelukannya, Caca yang saat ini ada di depan semua orang tidak suka berada dalam pelukan orang lain.     

"Kamu siapa sih, datang datang langsung peluk dan cium cium orang segala," ujar Caca sinis. Mendapatkan perlakuan seperti itu, membuat Bian tidak mengerti pria itu menatap ke arah semua orang, helaan napas berat terdengar sangat jelas.     

"Caca mengalami lupa ingatan, sehingga dirinya lupa akan dia sendiri dan juga orang lain. Benturan di kepalanya lah yang membuat Caca seperti ini," jelas Jodi. Tubuh Bian terpaku, pria itu terdiam di sana. Tidak tahu harus bersikap seperti apa, semuanya seketika hancur. Hatinya sakit, saat mendengar hal yang tidak dia inginkan.     

Bagaimana bisa istrinya melupakan segalanya. Bian menghembuskan napasnya berat, pria itu lalu menatap ke arah Carissa dengan senyum yang mengembang.     

"Aku suami kamu, kenapa kamu lupa. Tapi gak masalah, kita bisa lalui semua ini bersama," ujar Bian.     

Mendengar ucapan itu membuat semua orang kaget, apa lagi Jodi dan Elang sikap Bian yang seperti ini sangat berbeda, dari Bian sebelumnya. Suara lembut, saat berbicara lalu senyuman tersebut membuat mereka bingung.     

***     

Bian masih terdiam di kantin rumah sakit, hal ini banyak sekali kejadian di luar nalarnya. Pria itu menjambak rambutnya, kesal sudah pasti bagaimana tidak istri yang dirinya tunggu untuk sadar, tapi akhirnya tidka mengingat dirinya sendiri membuat Bian sulit untuk menerima hal tersebut.     

"Kopi," ujar Elang. Bian mengangkat kepalanya, di depannya saat ini sudah ada kedua sahabatnya itu.     

Kau acuhkan aku     

Kau diamkan aku     

Kau tinggalkan aku     

Lumpuhkanlah ingatanku     

Hapuskan tentang dia     

Kuingin kulupakannya     

Jangan sembunyi     

Kumohon padamu, jangan sembunyi     

Sembunyi dari apa yang terjadi     

Tak seharusnya hatimu kau kunci     

Lumpuhkanlah ingatanku     

Hapuskan tentang dia     

Hapuskan memoriku tentangnya     

Hilangkanlah ingatanku     

Jika itu tentang dia     

Kuingin kulupakannya     

Ooh     

Lumpuhkanlah ingatanku     

Hapuskan tentang dia     

Hapuskan memoriku tentangnya     

Hilangkanlah ingatanku     

Jika itu tentang dia     

Kuingin kulupakannya     

Lumpuhkanlah ingatanku     

Hapuskan tentang dia     

Kuingin kulupakannya     

Kau acuhkan aku     

Kau diamkan aku     

Kau tinggalkan aku     

"Anjirr, ini lagu kantin kenapa cocok banget sama situasi sekarang," umpat Jodi. Entah kenapa hari ini, semua keadaan mendukung. Kantin yang tidak biasanya, memutar musik tiba tiba musik galau di putar. Di tambah lagi, dengan kondisi cuaca di luar juga sedang hujan.     

Elang langsung memukul kepala Jodi, pria itu keala dengan sahabatnya itu yang tidak bisa memfilter ucapan apa lagi dengan kondisi Bian yang sedang tidak baik saat ini. Mata Elang sudah tidak menatap Jodi dengan sangat tajam. Mendapatkan tatapan seperti itu, Jodi hanya tersenyum tidak enak.     

"Sorry ... sorry ... sorry Bian gue gak maksud seriusan," ujar Jodi menyesal.     

Elang hanya bisa geleng geleng kepala melihat tinggal sahabatnya itu, ketiganya mulai berdiam diri. Hingga akhirnya Elang mulai membuka suara.     

"Loe harus kuat, saat ini hubungan kalian sedang di uji. Semua ada di tangbblie mau mempertahankan atau melepaskan ingat semua hal bisa terjadi tanpa kita tahu."     

Setelah mengatakan hal itu merek abertiga kembi berdima diri. Cukup lama ketiganya berada dalam keadaan seperti saat ini.     

***     

Bian masuk ke dalam ruangan rawat sang istri. Terlihat jelas raut wajah Bian sangat lelah, hal yang pertama yang terjadi adalah kedua mata mereka saling bertemu. Caca ternyata belum tidur, wanita itu sedang duduk dan menunggu pria yang katanya menjadi suaminya itu. Bian lalu mendekat dan berjalan menuju tempat tidur istrinya, Bian akan mengecup dahi Caca namun diurungkan ketika Caca malahan menghindari dirinya.     

"Maaf," ujar Bian. Pria itu lalu duduk di kursi samping Caca.     

"Kenapa belum tidur, ini sudah malam dan waktunya kamu untuk istirahat," ucapnya tak pernah luntur senyum di bibir Bian. Melihat hal itu membuat Caca semakin aneh akan dirinya sendiri.     

"Apa benar kita sudah menikah?" tanyanya. Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Bian hanya menatap penuh luka kepada istrinya itu. Tatapan yang sangat menyayat hati.     

Bian tersenyum, dan meraih tangan Caca kali ini tidak ada penolakan dari istrinya itu membuat dirinya bahagia. Pria itu lalu mengecup punggung tangan sang istri, mendapatkan sentuhan itu ada sebuah gelenyar aneh dirasakan oleh Caca.     

"Kamu gak usah paksakan untuk mengingat semuanya. Sekarang kamu istirahat aja. Kamu baru sadar dari tidur panjang, pasti sangat lelah," ujar Bian. Seperti mendapatkan hipnotis, Caca langsung merebahkan dirinya yang dibantu oleh Bian. Pria itu tersenyum, dia akan berusaha membuat istrinya itu mengingat semuanya. Jika masih sulit untuk Caca mengingat semuanya, Bian akan mengukir kembali kisah mereka.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih. Love love di udara guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.